Berpikiran dari Sudut Pandang Lawan


Status seorang teman di salah satu media sosial :

“Kadang dalam menghadapi suatu konflik, alangkah lebih baiknya jika kita berpikiran dari sudut pandang lawan kita agar kita bisa lebih bijak dalam menghadapinya. Tapi jika kita tidak tau pandangan lawan bahkan untuk membuka komunikasi dengan lawan kita saja tidak bisa, apa yang bisa kita usahakan lagi ?”

Teman muda saya ini lumayan kritis, banyak sekali yang ditanyakan pada saya, semua coba saya jawab meski kadang musti agak mikir juga jawabannya (heuheu pengaruh usia, katanya beda usia berarti beda cara pandang). Tidak semua jawaban saya diterima, banyak juga yang didebatkan dan pada akhirnya kami memilih abu-abu saja (sesuai keyakinan masing-masing, hehe). Yang jelas, kami saling belajar.

Mengkomentari statusnya yang diatas, karena saya tau yang dimaksudnya adalah seseorang yang jauh disana (Long Distance Relationship) saya bilang : “Media komunikasi sungguh banyak : sms, telp, surat.. namun yang paling efektif temui dengan rendah hati”
Saya lebih menekankan pada “RENDAH HATI” ketimbang pada kata “temui”, meski saya berkali-kali menyarankan : temui.. temui..temui..
Kenapa?

Ya karena akan jadi percuma menemui jika kita berkeras dengan pikiran-pikiran kita sendiri, menutup mata hati dari menerima pikiran-pikiran lawan. Lantas buat apa menemui? Kecuali memancing keributan dan pada akhirnya hanya akan mengecewakan diri kita dan lawan bicara kita…

Mengapa harus menemui dengan rendah hati? Karena ketika kita sudah bertekad merendahkan hati kita (bukan merendahkan diri kita ya) maka sesungguhnya kita sedang membuka akses sebesar-besarnya untuk bisa memahami cara pandang lawan kita dan sebenarnya pun kita sedang meninggikan diri kita karena kita mengambil alih kemudi ego yang ada di diri kita.

Mengapa sms bukan yang paling efektif ? karena ketika seseorang membaca sms, seringkali dipengaruhi dengan intonasi baca diri sendiri, dipengaruhi dengan emosi sendiri yang pada akhirnya kata-kata halus yang kita sampaikan bisa dibaca dengan nada tinggi hanya karna si penerima sms sedang marah. Lagian kan kita jadinya tidak bisa menangkap nada sedih, marah, kecewa, sehingga kita jadi salah menanggapinya

Menemui dengan rendah hati seseorang yang kita cintai harusnya jauh lebih mudah.. kan katanya cinta, kan katanya sayang.. mestinya berlaku seperti orang yang mencintai dan menyayangi, berlembut hati ; menyapa halus, dengan kelembutan untuk meluluhkan hati… Yang susah tuh menemui dengan rendah hati seseorang yang bersebrangan dengan kita, seseorang yang kita anggap musuh dan kita anggap pantas kita perangi karena perbedaan .. ingat yaa.. didepan kalimat itu ada kalimat “kita anggap”. Jadi bisa saja anggapan kita itu salah.. sebenernya dia tidak pantas diperangi karena perbedaan (seringkali perbedaan itu memperkaya, seringkali perbedaan itu hal yg wajar)…

Biarpun susah, tapi sepadan dengan pengkayaan diri kita jika kita mau mencoba menemui lawan kita dengan rendah hati 😀


Leave a Reply