Image


image
Bila kita membuka kamus bahasa Inggris dan melihat terjemahan dari kata image, kita bisa menemukan bahwa image berarti kesan; bayang-bayang. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia kita menemukan bahwa imajinasi berarti sesuatu yang dibayangkan dalam pikiran. Sesuatu yang belum nyata adanya.

Saya tertarik pada kata ini ketika dalam suatu kejadian seseorang dengan mudahnya berkelit mengatakan bahwa kecurigaan dan prasangka yang dilakukan itu didasarkan pada image yang ada. Walaupun tuduhan itu belum tentu terbukti benar, namun dengan alasan bahwa seolah-olah hal itu adalah pantas dan wajar dituduhkan karena memang orang itu memiliki image yang jelek.

Benarkah hal tersebut? Tidakkah justru sebaliknya bahwa image itu justru terbentuk karena prasangka yang ada di kepala kita dan apa yang ada mengisi hati kita? Bila kita berprasangka baik, tentu image yang kita bangun pada pikiran kita adalah image yang baik-baik saja. Dan bila kita mengisi kepala kita dengan bayang-bayang dan kesan yang buruk, tentu saja yang kita temukan dalam cermin pikiran itu hal yang sama buruknya.

Ironisnya, kita sebagai manusia lebih mudah dan condong pada hal-hal yang negatif. Lebih senang mendengarkan keburukan dan kejelekan seseorang ketimbang kebaikannya. Mudah lupa pada ketulusan dan kebaikan yang dilakukan seseorang dan selalu mengingat kesalahan yang pernah dilakukannya. Tanpa mau tahu apa latar belakang dari setiap kejadian. Apa saja yang terlihat dan terdengar diserap begitu saja tanpa disaring dengan zero mind, pikiran yang bersih. Bahwa mungkin saja ada yang terlewat dari yang kita ketahui.

Memang tidak mudah melatih agar kita bisa selalu positif thinking. Perlu latihan agar menjadi kebiasaan yang dibangun sampai kita terbiasa. Lingkungan juga sangat memberi pengaruh pada mudah tidaknya kita bisa mencapai positif thinking ini. Namun yang terpenting agar bisa terwujud hanyalah kesiapan kita sendiri. Bagaimana kita mengendalikan pikiran dan perasaan kita. Bagaimana agar kita tidak terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran negatif orang lain.

Sesungguhnya memanglah bukan hal yang mudah karena kita cuma manusia biasa (kata-kata ini selalu menjadi perlindungan bila kita merasa tak mampu ketimbang kita pergunakan untuk memotivasi kita agar melakukan hal yang luar biasa). Tapi tanpa keinginan yang kuat untuk menjadi baik, mana mungkin kita bisa menjadi lebih baik bukan?

Ayah saya selalu mengatakan bahwa bila ada seribu orang yang menyukai kita, pasti juga ada orang-orang yang membenci kita. Dan bila ada yang membenci kita, kita harus tetap yakin bahwa banyak orang juga yang menyayangi kita. Ini menunjukkan bahwa cara pandang seseorang tidaklah bisa sama semua terhadap satu hal.

Yang kita perlukan dalam menjalani hidup adalah melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan. Kebaikan apa pun yang dilakukan seseorang, tidak akan bisa kita lihat jika kita meyakini bahwa orang tersebut ber-image buruk. Dan sebaliknya pun jika kita meletakkan image baik tentang seseorang di kepala kita, maka kita tidak akan pernah menuduhkan hal yang buruk padanya selama kita tidak menemukan keburukannya dengan mata kepala kita sendiri, bukan dengan bayang-bayang yang ada di kepala kita, bukan karena bisik-bisik orang tentangnya di telinga kita.

Semoga Allah senantiasa memelihara hati dan pikiran kita semua.

Jelang Dini Hari, 26 Agustus 2007

“Pengalaman didzalimi dapat kita jadikan energi untuk tumbuh menjadi orang yang penyayang, asal kita bisa belajar dari betapa buruknya orang-orang yang dzalim itu.”


Leave a Reply