Ini Aku, dengan Segala Kekuranganku


inilah-aku-dengan-sejuta-kekuranganku
Tak selamanya mentari itu bersahabat sayang, ketika teriknya menusuk daging dan menyilaukan matamu. Lindungi saja dengan cara yang bisa kau lakukan, gunakan lengan panjang dan tutupi matamu dengan jemari… Lakukan saja hal yang paling sederhana untuk melindungi dirimu.

Tak selamanya hujan itu juga menyegarkan.. ketika jatuhnya deras tanpa henti serta meninggalkan jejak-jejak lubang di jalan, banjir di dekat rumah kita.. sungguh repot mereka mendorong motor yang mogok. Kita mesti bersyukur terhindar dari itu semua.

dan kamu termangu di dalam mobil menatap keluar dengan sendu.. “kenapa sayang ?”

diam dan sepi menjawab tanyaku. Dan kubiarkan gambar-gambar jalan yang terlalui melewati semua ini. Menunggumu untuk bicara. Meski aku ingin memelukmu erat-erat, aku tak mampu. Siapa pula yang nanti menyetir dan membawa kita pulang ke rumah tempat dimana kita bisa bebas ber-emosi?

“Ma, kapan kita bertemu ayah ?”
“Apa itu yang membuatmu bersedih, Nak ? “ Tanyamu kujawab dengan tanyaku.
“Bukan itu. Nggak lagi sedih”

Dan terasa ada yang menusuk tepat di dadaku. Entah musti bicara apa, aku tau anak ini sedang bersedih dan dia selalu perlu waktu untuk bisa mengungkapkannya. Sambil tersenyum kugapai jemari kanannya yang kurus, kuremas lembut dan kubawa ke bibirku untuk kuciumi… Dia diam dengan wajah makin dimiringkan kekiri menghindari curi-curi tatapanku pada wajahnya. Apa dia mau nangis ?

Kuatur suara paling ceria yang bisa kulakukan saat itu :
“Heh, tau ga kalo kemaren tuh ada orang yang salah masuk toilet di Supermarket. Bapak-bapak itu kaget waktu keluar dari WC liat yang ngantri panjang di depan pintu perempuaaaan semuaa..”
“Hah? Iya? Hahaha… dimana..dimana?” suaranya mulai terdengar merdu ditelingaku
“Di supermarket waktu beliin coklat pesenan kamu kemaren itu lho…”
“Trus-trus gimana dong ?”
“Ya Bapaknya malu-malu lah buru-buru jalan menjauh sambil nunduk”
“Hahahaha…hahaha” dan mobil pun kini ramai dengan suara tawa.
Aku suka ini. sukaaaaa…sekaliiii…

Sesampai dirumah, saat berduaan di kamar untuk ganti baju, aku duduk di ujung tempat tidur dan menarik tangannya.. meski dia sudah sama tinggi denganku tapi aku menariknya ke pangkuanku dan memeluknya… dia langsung menangis sesesunggukan…

“kenapa sayang? Lagi ada masalah ya ?”
Dia mengangguk dengan pipi yang telah basah airmata.. “betengkar dengan temen”

Kuelus poninya, membesarkan hatinya..

“beda pendapat dengan temen itu biasa, sayang.. semua orang pasti pernah mengalaminya. Gak usah dibawa sedih dan berat dihati.. justru itu kesempatan buat kita belajar mengerti bahwa menyakiti itu tidak baik dan disakiti itu tidak enak..”

“Mau ya cerita ke mama, sayang ?”

Dia mengangguk.. dan jadilah saya memangku bayi saya yg telah berusia 13 tahun, mendengarkan semua ceritanya dan mencoba memahami apa yang sedang dialaminya… hal2 seperti ini selalu jadi waktu terindah yang pasti akan kurindukan diwaktu-waktu mendatang.

Dia pada akhirnya akan mengerti bahwa segala sesuatu itu berproses. Apa-apa yang menyakitkan saat ini.. mengecewakannya..membuatnya menangis.. justru akan makin mendewasakannya kelak. Memberinya pengalaman untuk tau bagaimana cara bangkit, memberinya inspirasi untuk bisa membantu dan mau mengerti orang lain.

Dan saya pada akhirnya juga semakin sadar, bahwa kuantitas waktu yang pendek dengan anak-anak harus diimbangi dengan kualitas saat-saat bertemu. Sungguh menyenangkan menjadikan bahu ini sebagai tempat bersandar mereka dan menyediakan telinga ini untuk mendengarkan suara mereka…

Ini aku, dengan segala kekuranganku hanya buat anakku….


Leave a Reply